Friday, December 30, 2011

HISTORY INDONESIA FOOTBALL


          Seiring semangat kebangsaan yang tercetus dasawarsa 1920-an, Ir. Soeratin Sosrosoegondo mendirikan Pesrsatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) untuk mewadahi kegiatan sepakbola nusantara sekaligus menjadi salah satu alat perjuangan bangsa. Tanpa inisiatif tersebut, sepakbola Indonesia tidak pernah dikenal di zaman konialisasi karena terkotak-kotak ke dalam berbagai bond sepakbola lokal.

          PSSI mulai dikhawatirkan pemerintah kolonial Hindia Belanda. Sebagai upaya menandingi kekuatan PSSI, didirikan Nederlandsh Indische Voetbal Unie (NIVU) pada 1936. Menjelang Piala Dunia Prancis 1938, dibuatlah perjajnjian antara kedua pihak untuk mengirimkan perwakilan. Namun, karena tidak menghendaki bendera yang dipakai tim, Soeratin membatalkan secara sepihak perjajian tersebut. NIVU tetap mengirimkan bendera Hindia Belanda. Tim tersebut adalah perwakilan Asia pertama sepanjang sejarah Piala Dunia.

          Jejak Indonesia sebagai salah satu tim yang disegani dikawasan Asia pun dimulai, sepakbola Indonesia memasuki periode keemasan disertai dengan sederetan pemain legendaris Merah-Putih lahir pasca kemerdekaan, seperti diantaranya Ramang, Maulwi Saelan, Suardi Arland, dan Tan Liong Houw. Pada periode yang sama, Indonesia dilatih pelatih legendaris asal Yugoslavia, Tony Pogacnik.

          Nama Indonesia mulai diperhitungkan di kawasan Asia, Merah-Putih sukses menembus semi final Asian games Manila 1954, namun kalah 4-2 dari Taiwan. Pada partai perebutan mendali perunggu, Indonesia dikalahkan Burma (sekarang Myanmar) denagn skor 3-2.

          Pada Olimpiade Melburne 1956, Indonesia juga mengirim tim sepakbola. Di babak perempat final, Indonesia langsung menghadapi favorit juara Uni Soviet. Setelah sempat menahan imbang 0-0, Indonesia harus mengakui keunggulan Uni Soviet dengan skor 4-0 pada partai ulangan hari berikutnya. Prestasi ini kemudian disebut-sebut sebagai sejarah tertinggi sepakbola Indonesia.

          Di kancah Asian Games dua tahun berikutnya di Tokyo. Indonesia kembali gugur di babak semi final dari lawan yang sama. Kali ini Taiwan lolos ke semi final setelah memenangkan pertarungan 1-0. Namun, Indonesia sukses membungkus mendali perunggu melibas India 4-1.

          Kesempatan terbaik untuk meraih mendali emas muncul empat tahun kemudian ketika Asian Games digelar di Jakarta. Persiapan dilakukan dengan menyiapkan dua timnas, satu terdiri dari pemain senior dan satu lagi dari para pemain muda. Sayangnya, ketika semangat mulai terbangun, timnas dihantam Skandal Senayan. Beberapa pemain diduga diduga tersangkut penyuapan oleh bandar judi. Kekuatan Indonesia berkurang dan cabang sepakbola gagal total saat berlaga.

          Indonesia sebenarnya juga berpeluang menembus kualifikasi Piala Dunia 1962. Setelah melewati hadangan Cina, Indonesia harus melewati Israel, lawan yang sedang diboikot negara-negara Arab, tertmasuk Indonesia. Masalah politik terpaksa membendung ambissi masyarakat menyaksikan bendera Indonesia berkibar di Piala Dunia.

          Hegemoni sepakbola Indonesia mulai beralih ke kawasan Asia Tenggara. Sebelum berpartisipasi dalam SEA Games 1977, Indonesia kerap berlaga di turnamen antar negara, seperti Merdeka Games, Piala Raja Thailand, Piala Aga Khan Bangladesh, atau President Cup Korea Selatan.

          Setelah turun pesta di pesta sepakbola Asia Tenggara itu, Indonesia harus menunggu sepuluh tahun sebelum meraih mendali emas. Gol tunggal Ribut waidi ke gawang Malaysia pada babak pertama di Senayan mengukuhkan nama Indonesia sebagai raja Asia Tenggara.

          Setahun sebelumnya, Indonesia mengukir kejutan di Asian Games Seoul. Di bawah asuhan pelatih Berjie Matulapelwa, Indonesia meraih tempat keempat. Prestasi yang cukup menggembirakan itu ditambah ketika Sinyo aliandoe mampu membawa Indonesia selangkah lebih dekat ke Piala Dunia 1986. Namun, Merah-Putih kalah tangguh dibanding Korea Selatan, yang akhirnya lolos ke Meksiko.

          Prestasi Indonesia mulai menukik. Usai Ferril Hattu mengapteni tim memenangi mendali emas SEA Games 1991, tidak ada lagi prestasi tinggi yang diraih Merah Putih. Terutama ketika mulai 1999, SEA Games diikuti tim U-23. Untuk tim senior Asia Tenggara, Piala AFF, atau dikenal dengan Piala Tigers, menjadi ajang pretise tertinggi.Prestasi Indonesia mentok di runner-up. Catatan tersebut diraih tiga kali penyelenggaraan beruntun, pada tahun 2000, 2002, dan 2004. Tidak hanya posisi nomor dua, Indonesiamenuai hujatan setelah pada Piala Tigers 1998 sengaja mengalah 3-2 ketika melawan Thailand. Pertandingan itu ditandai dengan gol yang disengaja Mursyid Effendi ke gawang sendiri.

          Indonesia hanya mampu mencetak kejutan-kejutan yang hanya dianggap sebagai prestasi minor belaka. Tiga kali berturut-turut berlaga di Piala Asia, Indonesia hampir selalu menghadirkan kejutan.

          Di Uni Emirat Arab 1996, Widodo Cahyono Putro mencetak gol spektakuler yang kemudian dinobatkan sebagai go; terbaik Asia di tahun yang sama.Setelah melempem di Libanon 2000, Indonesia sukses membukukan kemenangan pertama di kancah pesta sepakbola tertinggi Benua Kuning itu. Qatar dibekuk 2-1, sekaligus membuat pelatih Philippe Troussier dipecat. Pada edisi terakhir di kandang sendiri, 2007, Indonesia sempat menang 2-1 atas Bahrain. kalah di dua pertandingan sendiri atas Arab Saudi dan Korea Selatan, tapi seperti dimaafkan berkat penampilan yang penuh semangat.

          Animo masyarakat pun melonjak tinggi. Prestasi boleh mionim, timnas tetap dicintai. Apapun, catatan tersebut tak lantas menghilangkan seretnya prestasi sepakbola Indonesia. Sudah 17 tahun lebih meraihgelar bergengsi. Di Piala AFF 2008, Indonesia kalah tangguh dari Thailang di babak semi final. Terakhir pada Piala SEA Games 2011 di kandang sendiri Indonesia hanya mampu meraih mendali perungu, setelah takhluk dari Malaysia lewat drama adu penalti.




No comments: